Segera Terbit!
Palu yang Anu:
Denyut Kota di Esai Warga
Beragam tema dan isu tentang Palu hadir di dalam buku ini, Palu yang Anu, dari sudut pandang berbeda, yang bisa jadi selama ini tak begitu mendapatkan perhatian media, baik media sosial maupun media massa.
Esai-esai yang terkumpul di dalam buku ini menggabungkan sastra, data, fenomena, dan pandangan personal para penulisnya. Palu yang Anu menjadi penanda terbaru—juga mungkin yang pertama—yang secara kompilatif menarasikan Palu.

Burung Indonesia melalui Perkumpulan Relawan Orang dan Alam (ROA) mendampingi warga di pesisir Balantak yang bergumul dengan perubahan yang terjadi di sana: overfishing, keseimbangn ekologis, dan upaya peningkatan ekonomi warga.
Pengetahuan lokal di Kulawi mengajarkan pembagian ruang untuk berkebun, bercocok tanam, selain pengetahuan penting tentang kekayaan biodiversitas dan tanaman obat herbal yang perlu dikembangkan.
Penyair-penyair yang sebagian besar tinggal di Dolo Barat, Sigi, menginisiasi terbitnya buku kumpulan puisi yang mereka tulis, berlatar keresehan personal penyairnya dan gambaran kampung tempat mereka tinggal.
Sebuah buku terbit pada 1804, yang secara lengkap dan detail menggambarkan pantai barat Sulawesi akhir abad 18. Dua tahun lebih Kapten Woodard mengisahkan penahanannya dan dinamika warga yang dia temui di masa itu. Diterbitkan pertama kali sebagai terjemahan bahasa Indonesia setelah 218 tahun.
Penyairnya adalah seorang barista dan pendamping petani kopi di beberapa desa di Sulawesi Tengah. Kegairahannya pada kopi menetes sejak hulu ke hilir dan menjadi puisi-puisi yang bisa diteguk, menemani cangkir demi cangkir kopi di mana saja kedai yang dapat ditemui.
Arsitektur bambu tidak lagi hidup sebagai pengetahuan lokal yang ekologis, ekonomis, dan upaya bagi mitigasi bencana. IMC dan KUN merevitalisasinya dalam proyek hunian sementara di sebuah desa.
