Segera Terbit!
Yang Datang
Setelah Jawaban
Dari dapur di tepi Sungai Tongko, penelitian tentang pengungsi perempuan dan anak di masa konflik Poso, sebuah pertanyaan mengantarkan Lian Gogali pada lika-liku perjalanan membangun gerakan kolektif Mosintuwu.
Memoar ini tak hanya mengisahkan proses, tapi juga momen reflektif untuk terus mempertanyakan, bahkan membongkar metode gerakan kolektif. Lian berkisah, menggugat diri dan pengetahuan yang semestinya menjadi perangkat mencapai kedaulatan kehidupan.Â
Arsitektur bambu tidak lagi hidup sebagai pengetahuan lokal yang ekologis, ekonomis, dan upaya bagi mitigasi bencana. IMC dan KUN merevitalisasinya dalam proyek hunian sementara di sebuah desa.
Seminggu setelah lindu meluluhlantakkan Palu, Sigi, dan Donggala, sejumlah pegiat literasi mengheningkan kejadian itu dalam Malam Puisi Palu. Puisi dari penyair-penyair di kota lain menjadi solidaritas yang menguatkan. Puisi-puisi yang akhirnya diterbitkan dalam sebuah kumpulan yang kelak mengingatkan.
Festival Sastra Banggai (FSB) menginisiasi terbitnya buku puisi dari 21 penyair yang tinggal di Luwuk dan di beberapa tempat di Banggai Laut dan Banggai Kepulauan. Babasal dalam banyak jejak sajak.
Melanjutkan petualangan Alexander, Ito Lawputra meneruskan keganjilan personal tokoh utamanya itu ke babak baru yang tak kalah absurd. Membuka perspektif pembaca tentang yang tampak biasa bisa jadi tidak biasa dari sebuah cerita.
Nama Saya Alex adalah debut novel Ito Lawputra. Novel psikologis yang menghadirkan tokoh utamanya berinteraksi ganjil dengan tokoh-tokoh lain dalam cerita. Kesehatan mental menjadi bagian utama dari inti cerita.
Hampir delapan tahun sejak 2008 mengisi rubrik kebudayaan di beberapa harian lokal tentu bukan waktu yang sebentar. Di akhir pekan, esai demi esai lahir merespon isu di kampung halaman, juga nasional, bahkan global. Esaisnya merasa butuh mengabadikan karyanya dalam sebuah buku.
